Maaf
Bacaan Alkitab : Amsal 15:1-7
Hujan deras mengiringi langkah Yohanes pulang dari gereja. Pertengkarannya dengan Daniel masih membekas di hati. Satu kalimat sinis tentang pelayanan Yohanes yang "dianggap tak berbuah" terlontar begitu saja dari mulut sahabat kecilnya itu. Kekecewaan Yohanes membuncah, ia balas dengan nada tinggi, melontarkan kata-kata pedas tentang pelayanan Daniel yang "hanya pencitraan belaka." Susana hening malam itu membungkus Yohanes di kamar. Rasa pedih menjalar di dada. Persahabatan mereka yang terjalin sejak TK kini retak. Yohanes teringat dengan perkataan Mama di ruang makan: "Lidah bijaksana adalah pohon kehidupan, tetapi yang ceroboh mendatangkan kerusakan.” Ia tahu bahwa perkataan yang sembrono bisa menghancurkan relasi, bagai angin kencang yang merobohkan rumah yang dibangun dengan susah payah.
Kini penyesalan terasa menggerogoti hati Yohanes. Dengan anggrek dalam pot di tangan, ia segera menemui sahabatnya yang hobby menanam dan merawat tanaman anggrek. "Dan, aku minta maaf, ya. Kemarin aku tidak seharusnya keluar dari mulutku. Maaf, karena aku terbawa emosi sehingga melukai hatimu." Ucap Yohanes. Daniel menatap Yohanes, dengan wajah penuh penyesalan. "Aku juga salah, harusnya aku tak meragukan pelayananmu. Maafkan aku juga ya"
Permohonan maaf dan kasih yang tulus menjadi balsem yang mujarab untuk menyembuhkan luka hati. Perkataan yang manis hanya akan berisi kebaikan, membangun, layaknya pohon kehidupan yang menebarkan kesejukan dan bukan menghancurkan. Kiranya setiap kita diingatkan untuk mengakui kesalahan dan berani meminta maaf.
Permohonan maaf tidak akan menghapus peristiwa, namun membuka pintu bagi pengampunan.
0 Komentar