Ketulusan Hati
Bacaan Alkitab : Matius 1:18-25
Dikisahkan tentang seorang perempuan yang hendak menyeberangi sebuah jembatan yang sudah tua dan terlihat sangat tidak aman. Perempuan itu tidak memiliki pilihan jalan lain. Ia harus tetap menyeberangi jembatan itu. Jadi, sambil menyeberang, dia berdoa kepada Allah, “Tuhan, jika Engkau berkenan menyeberangkanku dengan selamat melewati jembatan ini, aku akan memberikan persembahan lima puluh ribu rupiah.” Lalu dia mulai melangkah melewati jembatan ini, dan sampai di pertengahan, jembatan itu terlihat tidak goyah.
Sementara berjalan, dia berpikir bahwa mungkin saja dia dapat melewati jembatan itu tanpa meminta pertolongan Tuhan. Dia menyesal telah berdoa untuk memberi persembahan lima puluh ribu rupiah itu. Lalu dia berkata, “Tuhan, Engkau tahu jika aku bukan orang kaya. Lagi pula, jembatan ini tampaknya tidak begitu rapuh, kurasa Engkau tidak akan keberatan kalau aku hanya akan mempersembahkan tiga puluh ribu rupiah saja.” Setelah melewati dua pertiga perjalanan, jembatan itu mulai bergoyang dan menjadi miring. Perempuan ini menjadi ketakutan dan berkata, “Oohh Tuhan, Tuhan, janganlah marah. Aku hanya bercanda saja. Aku akan mempersembahkan kembali lima puluh ribu rupiah, jika aku dapat menyeberang dengan selamat.”
Kisah menggambarkan bahwa perilaku oportunis manusia. Oportunis artinya mengambil keuntungan bagi diri sendiri dari kesempatan yang ada tanpa berpegang pada prinsip tertentu. Sikap ini sungguh berlawanan dengan tokoh dalam bacaan kita hari ini.
Yusuf, suami Maria, ibu Tuhan Yesus disebut memiliki "pure heart". Ketika ia mendapati Maria hamil bukan dengan dirinya, Yusuf tetap berusaha untuk menjaga Maria agar tidak dipermalukan. Allah berbicara kepada Yusuf melalui mimpi bahwa Maria hamil oleh karena kuasa Roh Kudus. Sebagaimana tertulis dalam Matius 5:8, "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." Sejak kita percaya Yesus, Roh Kudus memberikan benih ketulusan di dalam hati kita. Betapa pentingnya ketulusan hati di mata Tuhan. Hati yang tulus dapat kita miliki melalui pengenalan akan Tuhan secara pribadi, melalui firman-Nya juga lewat doa-doa pribadi kita. Mari menjaga hati kita tetap tulus, dengan terus melatih diri, melakukan tindakan-tindakan yang tulus kepada sesama.
Dalam ketulusan hati, kita menemukan keindahan dalam setiap tindakan kecil dan makna dalam setiap kata yang terucap.
0 Komentar