Renungan Harian: Senin, 10 Maret 2025 - Sebatas Omongan

Renungan Harian Senin, 10 Maret 2025 - Sebatas Omongan Senin, 10 Maret 2025

Sebatas Omongan

Bacaan Alkitab: Yakobus 1:19-27

Dua pria terlibat perang mulut dengan perkataan kotor dan kasar karena mobil mereka saling menyerempet tanpa sengaja. Tragisnya itu terjadi di tempat parkir gereja selesai ibadah Minggu, setelah mendengarkan khotbah tentang kasih dan pengampunan. Mengapa bisa terjadi? Alkitab mengingatkan, "Ia memandang dirinya lalu pergi dan segera lupa bagaimana rupanya" (ay. 24). Kata "hendaklah" pada nas di atas merupakan perintah Tuhan yang memerlukan upaya dan perjuangan kita untuk menaatinya, bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya tanpa upaya. Allah menghendaki kehidupan kita berjuang melakukan firman, tidak berhenti hanya mendengar dan mencatatnya saja. Hati yang lemah lembut yakni hati yang mudah diajar, bersedia menerima teguran dan nasihat adalah kunci untuk menjadi pelaku firman (ay. 21). Sehingga semakin mengenal kebenaran, semakin kita berusaha melakukannya.

Membaca firman Tuhan dengan hati dan pikiran yang keras seringkali menjadi penghalang pertumbuhan spiritual. Sikap penghakiman, tidak murah hati, pembangunan kubu pembenaran diri, perkataan kotor, serta kekhawatiran dan ketakutan, merusak tanah hati yang seharusnya subur untuk firman Tuhan. Untuk itu, perlu perjuangan agar hati kita menjadi ladang yang subur dan lembut, tempat firman itu dapat tumbuh dan berbuah. Tidak cukup hanya mencatat atau mengetahui firman, tetapi kita harus hidup dalam ketaatan terhadapnya. Hidup dalam ketaatan menciptakan transformasi nyata dalam diri kita. Ini tidak sekadar tentang omongan atau "omdo", tetapi tentang menjadi pelaku firman yang hidup. Ketika kita menanamkan firman Tuhan dalam tindakan sehari-hari, kita menciptakan bukti konkret dari iman kita.

Sebagai refleksi hidup, mari kita jauhkan diri dari penghakiman, membuka hati untuk kemurahan, dan membangun fondasi kebenaran. Hanya dengan demikian, kita dapat mengalami pertumbuhan spiritual yang sejati. Ketika firman Tuhan mengakar dalam perilaku dan karakter kita, kita menjadi saksi hidup akan kekuatan dan kebenaran-Nya. Dengan hidup dalam ketaatan kepada firman Tuhan, kita membuka pintu bagi berkat dan kebaikan-Nya untuk merajai hidup kita. Oleh karena itu, mari kita menjadi bukti hidup bahwa firman Tuhan tidak hanya diucapkan, tetapi dijalankan dengan penuh kasih dan kebenaran.


"Ketika kita hidup dalam ketaatan terhadap firman Tuhan, kita bukan hanya pembawa pesan, melainkan pelaku yang memberikan warna hidup dengan kebenaran dan kasih-Nya."

0 Komentar