Renungan Harian: Selasa, 25 Maret 2025 - Menjadi Bukti

Renungan Harian Selasa, 25 Maret 2025 - Menjadi Bukti
Selasa, 25 Maret 2025

Menjadi Bukti

Bacaan Alkitab: Kolose 3:5-17

Seorang teman memiliki usaha pembuatan tas. Bukan perusahaan ternama, hanya sebuah usaha rumahan. Saya memesan tas dan dompet kepadanya. Ketika melihat tas dan dompet yang saya kenakan tampak kokoh dan awet, bahkan harganya pun jauh lebih terjangkau dari harga pasaran, beberapa orang teman tertarik ikut memesan.Sebelum naik ke surga, pasca kebangkitan-Nya Yesus memberi pesan kepada para murid agar mereka memberitakan Injil. Mereka diutus agar mengajar semua orang di seluruh dunia untuk dijadikan pengikut Kristus, serta membaptis mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Pesan ini sampai sekarang terus dihidupi sebagai Amanat Agung. Baik secara pribadi maupun komunitas, gereja menjalankan misi mewartakan Injil supaya lebih banyak lagi orang menerima Kristus.

Salah satu cara yang ampuh dalam memberitakan Injil tentu dengan menunjukkan bukti. Bukti yang berupa kesaksian hidup dari setiap pribadi yang keluar dari gedung gereja. Alangkah kuatnya kesaksian tentang Injil jika didasari dengan bukti kehidupan orang percaya yang dipenuhi dengan karakter Kristus. Hidup kudus dalam persekutuan yang penuh kasih, ada kepedulian, saling mendukung dan bekerja sama, murah hati, mudah mengampuni, rendah hati, sabar dan penuh dengan kelembutan.

Gereja, sebagai tempat persekutuan umat Kristiani, seharusnya menjadi refleksi cinta, kedamaian, dan kesatuan. Namun, kenyataannya seringkali berbeda. Ketika kesombongan, perpecahan, dan egoisme mengakar di dalam tubuh gereja, misi untuk menyampaikan pesan kasih Kristus menjadi terhambat. Sebuah gereja yang dipenuhi persaingan, kemunafikan, iri, dan dendam tidak mampu menjadi saksi hidup tentang kuasa penyatuan dan cinta yang dianut oleh orang percaya. Sikap lemah lembut, sebaliknya, adalah kunci untuk menyembuhkan luka-luka internal gereja. Ketika umat percaya menjalani hidup dengan rendah hati dan lemah lembut, mereka membawa perubahan positif dalam dinamika gereja. Sikap ini menciptakan lingkungan di mana kasih, pengampunan, dan penerimaan saling melibatkan satu sama lain. Dalam kelemahlembutan, gereja dapat kembali kepada esensi pewartaan Injil yang sejati.


“Mungkinkah orang mau masuk ke dalam Gereja jika yang keluar dari Gereja tidak menunjukkan karakter Kristus?”

0 Komentar