Renungan Harian: Sabtu, 8 Maret 2025 - Kelembutan yang Memulihkan

Renungan Harian Sabtu, 8 Maret 2025 - Kelembutan yang Memulihkan Sabtu, 08 Maret 2025

Kelembutan yang Memulihkan

Bacaan Alkitab: Galatia 6:1-2

Pernahkah anda menyaksikan elang mencengkram mangsanya? Cakarnya yang runcing mencengkram kuat, matanya tajam tertuju pada titik kelemahan. Kekuatannya begitu dahsyat, namun elang tak selalu menggunakannya. Saat merawat anak-anaknya, elang yang sama akan membelai lembut dengan bulunya yang tebal, mata elang berubah teduh dan penuh kasih. Galatia 6:1 bagaikan menyatukan dua sisi elang ini. "Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut..."

Kata "lemah lembut" mungkin terlintas sebagai kelemahan, namun renungkanlah bulu elang yang membelai. Justru kelembutan itu adalah kekuatan yang berbeda, kekuatan yang mampu menembus perisai defensif dan menyentuh hati yang terluka. Bayangkanlah seorang saudara tersandung kesalahan. Hati mereka mungkin dipenuhi duri kekesalan, kekecewaan, atau pun rasa malu. Pendekatan dengan "cakar elang," penuh kritik dan kecaman, hanya akan melukai lebih dalam. Sebaliknya, "tangan beludru" lemah lembut yang digambarkan Paulus, justru yang membuka ruang pemulihan. Lemah lembut bukan berarti permisif. Mata elang tetaplah waspada, mengenali kesalahan dan memahami konsekuensinya. Namun, mata itu juga menyebarkan belas kasih, melihat bukan hanya pelanggaran, tapi juga luka dan alasan di baliknya.

Pemulihan membutuhkan ruang aman. Ruangan di mana penghakiman diganti dengan pemahaman, amarah diganti dengan kesabaran, dan caci maki diganti dengan kata-kata penghiburan. Dalam kelembutan, hati yang keras bisa lembut, pertahanan ego runtuh, dan telinga terbuka untuk kebenaran. Lemah lembut juga berarti menjaga diri sendiri. Elang yang bijak mengasah cakarnya, tapi juga merawat bulunya. Kita, yang dipanggil untuk hidup dalam kelembutan, perlu mempertajam pemahaman dan memperkuat iman kita. Agar dalam proses pemulihan, kita tidak terbawa hanyut oleh badai emosi atau terseret ke jurang yang sama. Marilah kita belajar untuk kuat dalam mengasihi , tajam melihat, namun lembut dalam tindakan.


“Kelembutan bukanlah kelemahan, melainkan ekspresi dari kekuatan terbesar - kasih Kristus yang menyembuhkan.”

0 Komentar