Renungan Harian: Kamis, 13 Maret 2025 - Membuang Kemarahan

Renungan Harian Kamis, 13 Maret 2025 - Membuang Kemarahan Kamis, 13 Maret 2025

Membuang Kemarahan

Bacaan Alkitab: Kolose 3:5-10

Seorang teman memaki dan mengancam di status WhatsApp. Saya mengira nomornya dibajak. Ternyata tidak. Status itu benar benar merupakan ungkapan kekesalannya atas perselisihannya dengan seseorang. Sungguh di luar dugaan sebab saya mengenalnya sebagai orang baik. Kemarahan bukan untuk dipendam, tetapi juga bukan untuk diungkapkan secara meledak-ledak. Dalam keadaan sangat marah, orang biasanya jadi tak terkendali dalam berkata-kata. Pikirannya cenderung negatif dan tindakannya berpotensi membahayakan diri sendiri dan orang lain. Karena itu, kemarahan harus dikelola serta disalurkan secara sehat. Tidak salah jika kita menulis untuk melampiaskan kemarahan. Namun, ekspresi kemarahan itu tidak perlu disebarluaskan melalui media sosial.

Mengingat jati diri sebagai manusia baru, kita didorong untuk harus membuang segala macam keinginan jahat seperti kemarahan, kebencian, kesukaan menjelekkan orang lain, dan kebiasaan mengucapkan perkataan kotor. Pikiran dan hati harus disesuaikan dengan pikiran dan hati Kristus sehingga menyenangkan Allah dengan melakukan kehendak-Nya yang mulia dan bernilai kekal. Proses perubahan hidup bagi orang percaya tidaklah sekadar satu momen dramatis, melainkan sebuah perjalanan yang berkelanjutan. Pentingnya untuk selalu menolak godaan melakukan hal-hal yang jahat, dan dengan tekun menggantinya dengan tindakan yang baik, agar setiap langkah dalam hidup semakin menyatukan kita dengan karakter Kristus. Keberhasilan kehidupan Kristen tidak hanya diukur dari pelayanan atau pengabdian, tetapi juga melalui kesadaran untuk membentuk sikap Kristiani yang mencerminkan rendah hati, kelembutan, kesabaran, dan kasih.

Sikap lemah lembut menjadi inti dari perjalanan ini. Kelembutan tidak hanya menunjukkan kekuatan karakter, tetapi juga menggambarkan ketahanan dalam menghadapi tantangan hidup. Melalui sikap ini, seorang Kristen mampu memancarkan cahaya positif kepada orang di sekitarnya. Kelemahlembutan menciptakan ruang untuk belajar, tumbuh, dan memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar.


“Jati diri orang Kristen terwujud dalam perubahan hidup, meninggalkan dosa dan menjadi semakin serupa dengan Kristus”

0 Komentar