Tidak Pemarah
Bacaan Alkitab:1 Korintus 13:4-5
Suatu hari seorang pria pemarah datang menemui kakeknya. Saat bertemu, dia melontarkan kata-kata kasar kepada kakeknya. Sang kakek pun hanya mendengarkannya dengan sabar dan tenang, tanpa tanggapan. Lalu lelaki itu berhenti marah. Setelah si lelaki selesai meluapkan amarahnya, kakek mulai bertanya, “Jika seseorang memberimu sesuatu, tapi kamu tidak menerimanya, lalu jadi milik siapakah pemberian itu?” “Tentu saja tetap menjadi milik si pemberi,” kata lelaki itu. “Begitu pula dengan kata-kata kasar dan amarahmu,” kata sang kakek. “Aku tidak mau menerimanya, jadi itu tetap milikmu.”
Jika kita mengamati media sosial saat ini, banyak sekali orang yang mudah meluapkan emosinya dan mengeluarkan kata-kata kasar. Bahkah tidak sedikit yang marah-marah tanpa sebab. Ada yang melampiaskan pada diri sendiri maupun pada orang-orang di sekitarnya. Sebagai anak-anak Tuhan, kita bertanggung jawab untuk menjaga perkataan dan perasaan kita kudus di hadapan Tuhan. Apakah menjadi orang Kristen berarti tidak boleh marah? Apa yang dimaksud “kasih itu tidak pemarah”? Inti yang ditekankan di 1 Korintus 13:5 bukanlah pada kemarahannya, namun pada lekas marahnya. Kasih memang kadangkala melibatkan kemarahan, tetapi kasih tidak pernah lekas marah (atau “pemarah”). Orang yang mudah tersulut kemarahannya adalah orang yang tidak mengasihi. Ia kurang bisa mengerti orang lain (melihat sesuatu dari perspektif orang lain). Ia gagal menghadirkan suasana kedamaian yang diinginkan pihak lain. Ia tidak mau mengorbankan perasaan atau haknya demi orang lain.
Di sepanjang pelayanan-Nya, Yesus menghadapi ketidakadilan, pengkhianatan, dan bahkan rencana pembunuhan. Namun, Ia tidak pernah terpancing untuk membalas dengan kemarahan yang sama. Saat di taman Getsemani, Yesus berseru kepada Bapa dengan kesabaran dan penyerahan, tanpa amarah terhadap orang-orang yang memusuhi-Nya. Bahkan di atas kayu salib, puncak ketidakadilan dunia, Ia berseru, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat".
Dunia dan lingkungan sekitar seringkali menggoda kita untuk lekas marah dan membalas ketidakadilan dengan kemarahan, membalas hinaan dengan kata-kata pedas, dan "memukul balik" ketika merasa diserang. Namun ingatlah, di dalam anugerah Tuhan, kita dimampukan untuk menyatakan kasih dan kesabaran bagi orang-orang di sekitar kita.
Kiranya kasih Kristus mewarnai kehidupan kita dan menjadi kesaksian indah bagi dunia yang haus akan damai dan cinta kasih
0 Komentar