Renungan Harian: Kamis, 13 Februari 2025 - Jangan Menyimpan Kesalahan

Renungan Harian Kamis, 13 Februari 2025 - Jangan Menyimpan Kesalahan
Kamis, 13 Februari 2025

Jangan Menyimpan Kesalahan

Bacaan Alkitab: Mazmur 103:1-13

Pada 13 Mei 1981, Yohanes Paulus II hampir tewas ketika ditembak oleh Mehmet Ali Agca, seorang ekstremis Turki. Kala itu, Sri Paus sedang memasuki Lapangan Santo Petrus untuk bertemu umat. Dalam ambulans yang membawanya, di antara hidup dan mati, Sang Paus sudah memaafkan penembaknya itu. Kata maaf ia sampaikan secara terbuka pada 17 Mei 1981, 4 hari setelah upaya pembunuhannya yang gagal. Paus bahkan mengunjungi Agca di penjara pada 1983.

Keduanya bercakap-cakap dan berbincang-bincang beberapa lama. Setelah pertemuan itu, Paus kemudian berkata: "Ketika berbicara dengannya, saya anggap ia adalah seorang saudara yang sudah saya ampuni dan saya percayai sepenuhnya."

Kasih sejati adalah kasih yang mengampuni. Allah di dalam Kristus Yesus tidak memperhitungkan kesalahan dan pelanggaran kita. Kita sungguh bersyukur karena Allah tidak lagi mengingat-ingat kesalahan kita. Dia membuang dosa kita jauh-jauh, sejauh timur dari barat. Bagi Allah, pengampunan berarti bahwa dosa kita tidak lagi dipandang dan diingat oleh-Nya.

Sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah sebesar itu, kita pun dipanggil untuk mencerminkannya dalam kehidupan kita dan mengampuni kesalahan orang lain, sebagaimana Ia telah mengampuni kita. Menyimpan kesalahan orang lain adalah beban berat yang kita pikul sendiri. Dendam mengikis kebahagiaan, menciptakan tembok permusuhan, dan menghalangi pertumbuhan rohani. Mengampuni, sebaliknya, bagaikan melepaskan belenggu, membawa kelegaan, membuka pintu rekonsiliasi, dan membebaskan hati untuk mengalami kasih Tuhan secara penuh. Kalau dosa kita sudah diampuni Allah, tidak ada alasan bagi kita untuk tetap memperhitungkan kesalahan orang lain kepada kita

Kiranya Allah memberi kita anugerah agar kita juga rela mengampuni orang-orang di sekitar kita. Mintalah agar Tuhan memampukan kita untuk mengampuni dengan tulus.


Dengan memilih mengampuni, kita tidak hanya membebaskan orang lain, tetapi juga membebaskan diri sendiri dari penjara kepahitan dan membuka pintu bagi sukacita sejati

0 Komentar