Tak Membalas Dendam
Bacaan Alkitab: Imamat 19:17
Sejarah mencatat kisah Nelson Mandela, seorang tokoh yang memimpin perlawanan melawan sistem apartheid di Afrika Selatan. Meskipun menghadapi penindasan yang luar biasa, Mandela memilih jalan perdamaian dan rekonsiliasi setelah terlepas dari penjara. Dia menunjukkan kekuatan besar dengan tidak membalas dendam kepada mereka yang telah menahan dan menyiksanya. Mandela memimpin negaranya menuju rekonsiliasi daripada membalas dendam, menunjukkan bahwa perdamaian bisa lebih kuat daripada kebencian.
Kristus mengajarkan tentang mengampuni dan tidak membalas dendam. Dia, sebagai teladan utama, menunjukkan kekuatan besar dalam pemaafan. Ketika kita merasa terluka atau disakiti oleh orang lain, reaksi alami kita mungkin ingin membalas atau menyimpan kebencian. Namun, mengampuni bukanlah tanda kelemahan, tetapi tindakan yang penuh kekuatan. Ini bukan tentang melegalkan kesalahan orang lain, melainkan membebaskan diri kita dari beban kebencian dan dendam yang bisa meracuni hati kita.
Tuhan Yesus sendiri menjadi contoh nyata dalam hal ini. Pada saat-saat terakhir hidupnya di kayu salib, ketika dia disakiti, difitnah, dan disalibkan, Dia berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dia tidak membalas dendam kepada mereka yang telah menyiksa dan menyalibkan-Nya, melainkan mengucapkan doa untuk mereka.
Mengampuni bukanlah hal yang mudah, tetapi itu adalah keputusan yang membebaskan. Ketika kita memilih untuk tidak membalas dendam, kita memilih untuk menyerahkan beban itu kepada Tuhan. Dalam keputusan kita untuk mengampuni, kita mengikuti teladan Kristus yang mengajarkan kasih dan pengampunan.
"Memaafkan bukan berarti membenarkan kesalahan, melainkan membebaskan diri dari beban yang merusak hati."
0 Komentar