Sukacita di Balik Dukacita
Bacaan Alkitab: Yohanes 16:16-24
Saya bertanya pada istri saya tentang pengalaman tersulit dan menyakitkan dalam hidupnya. Jawaban istri saya, “Kelahiran anak pertama kita.” Saat itu, persalinan di sebuah rumah sakit militer yang sepi tersebut berlangsung lama dan berat. Namun saat mengingat hal itu, ia merasa sangat bersukacita “karena rasa sakitnya punya maksud yang mulia.”
Sebelum Yesus disalib, Dia memberitahukan kepada para murid-Nya bahwa mereka akan mengalami masa-masa yang penuh penderitaan dan kesusahan. Tuhan membandingkan pengalaman yang akan menimpa mereka itu dengan pengalaman seorang ibu saat melahirkan; penderitaannya berubah menjadi sukacita ketika bayinya lahir (ay.20-21). “Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu” (ay.22).
Berbagai ayat yang menunjukkan perintah untuk bersukacita, tidak asal saja ditulis tanpa teladan yang ditunjukkan oleh Yesus sendiri. Yesuspun mengalami dukacita hebat yang mendahului sukacita. Kalau kita renungkan, Yesus bisa saja memiliki berjuta-juta alasan untuk berdukacita setiap hari ketika mengingat penderitaan yang akan dialami-Nya di atas kayu salib, namun Ia tahu bahwa akhir dari kisah sengsaranya itu adalah kisah sukacita, dimana keselamatan Ia limpahkan bagi seluruh umat manusia.
Tidak selamanya dukacita kita akan selalu menjadi dukacita. Ada saatnya dukacita kita Tuhan gantikan dengan sukacita, asalkan kita terus bertekun dan berharap hanya kepadaNya. Terus mohonkan Roh Kudus menyertai dan meliputi hati kita dengan sukacita, seperti ayat 24 mengatakan, “mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”
Sukacita Juruselamat kita, saat mengatasi penderitaan-Nya, sama seperti sukacita dari-Nya saat mengatasi penderitaan kita
(David McCasland)
0 Komentar