Renungan Harian: Selasa, 24 September 2024 - Emosi dan Kebencian

Renungan Harian Selasa, 24 September 2024 - Emosi dan Kebencian
Selasa, 24 September 2024

Emosi dan Kebencian

Bacaan Alkitab: Kejadian 4:1-16

Di sebuah hutan, hiduplah seekor kelinci dan seekor kura-kura yang bersahabat. Mereka sering bermain bersama. Kelinci terkenal dengan kecepatannya, sedangkan kura-kura terkenal dengan kesabarannya. Suatu hari, mereka bermain adu kecepatan. Kelinci yakin bahwa dia akan menang dengan mudah. Dia melompat dengan cepat meninggalkan kura-kura yang berjalan pelan.

Kelinci berhenti di tengah jalan untuk beristirahat. Dia pikir dia sudah cukup jauh dari kura-kura dan dia bisa tidur sebentar. Kura-kura terus berjalan dengan sabar. Dia tidak terpengaruh oleh kecepatan kelinci. Dia tahu bahwa ia akan sampai di garis finish pada akhirnya. Ketika kelinci bangun, dia terkejut melihat bahwa kura-kura sudah dekat dengan garis finish. Kelinci berlari secepat mungkin, tetapi dia sudah terlambat. Kura-kura telah memenangkan perlombaan. Kelinci sangat marah dan cemburu. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia kalah dari kura-kura. Dia mulai mengolok-olok kura-kura. Kura-kura tidak marah. Dia hanya tersenyum dan berkata, "Jangan iri padaku. Aku hanya bekerja keras dan tidak pernah menyerah." Iri hati adalah emosi yang merusak yang dapat mencegah kita untuk mencapai tujuan kita. Iri hati merusak diri sendiri dan juga hubungan dengan sesama maupun dengan Allah.

Kisah konflik dan pembunuhan Kain terhadap Habel adalah sebuah tragedi yang dicatat Alkitab dan lahir dari buah pahit iri hati. Konflik terjadi ketika persembahan Habel lebih diterima oleh Allah daripada persembahan Kain (ay. 4-5). Meski Alkitab tidak mengungkapkan dengan jelas alasan yang ada di baliknya, Ibrani 11:4 menjelaskan bahwa iman Habel diperhitungkan Allah berkaitan dengan hal ini.

Saat Allah melihat sikap Kain sehubungan dengan rasa iri hati dan amarah karena persembahan itu, Allah menegur Kain namun ia mengabaikan teguran tersebut dan membunuh Habel, adiknya sendiri. Pernahkah hati kita mendidih saat melihat keberhasilan orang lain? Pernahkah kita merasa diri kita seperti bayangan redup di tengah gemerlap prestasi orang-orang di sekitar? Jika pernah, hati- hati, itu bisa jadi bisikan racun bernama iri hati. Mari buang segala kepahitan dan iri hati dari dalam diri kita. Gantikan dengan sukacita dan ucapan syukur.


Keberhasilan orang lain bukanlah kegagalanmu, namun cerminan berkat Tuhan yang berlimpah. Pilihlah untuk bersyukur dan bersukacita, maka hatimu akan dipenuhi damai sejahtera

0 Komentar