Renungan Harian: Rabu, 25 September 2024 - "Menara Babel" Kita

Renungan Harian Rabu, 25 September 2024 - Menara Babel Kita
Rabu, 25 September 2024

"Menara Babel" Kita

Bacaan Alkitab: Kejadian 11:1-9

Khufu dikenal sebagai Firaun yang membangun piramida terbesar di dunia, yaitu Piramida Giza. Ia adalah seorang yang sangat sombong dan merasa dirinyalah yang paling berkuasa dan paling agung di dunia. Firaun Khufu sangat ingin membangun piramida yang megah dan indah untuk mencerminkan kebesarannya. Ia ingin agar piramidanya terlihat dari kejauhan, dan ia ingin agar orang-orang dari seluruh dunia tahu bahwa ia adalah penguasa Mesir yang paling hebat. Pembangunan piramida Giza ini membutuhkan tenaga kerja yang sangat banyak dan tidak sedikit memakan banyak korban jiwa. Namun, Firaun Khufu tidak peduli. Pada akhirnya, piramida Khufu pun selesai dibangun. Piramida ini sangat megah dan indah, dan Firaun Khufu sangat bangga dengan pencapaiannya. Namun, kesombongan Firaun Khufu tidak bertahan lama. Setelah Firaun Khufu meninggal, piramidanya menjadi monumen keangkuhannya. Piramida ini mengingatkan orang-orang pada kesombongan Firaun Khufu.

Sejarah dunia mencatat banyaknya malapetaka, konflik dan peperangan terjadi sebagai bukti konkrit dari kesombongan sifat tersebut.

Kejadian 11 adalah kisah dalam Alkitab di mana orang-orang membuat nama bagi diri mereka sendiri. Kisah tentang menara babel adalah satu dari sekian kisah manusia yang menggambarkan kegagalan manusia yang mengedepankan ego, dan kesombongan berhadapan dengan kuasa Tuhan. Dalam kelebihannya sebagai manusia yang maju dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka bercita-cita membangun kota berkubu demi perlindungan dan keamanan. Namun ketenaran dan popularitaslah yang menjadi motivasi utamanya.

Kisah Babel menjadi peringatan kepada semua orang percaya bahwa Tuhan menentang orang sombong dan congkak. Allah tidak menghendaki manusia melakukan sesuatu dengan motivasi yang tidak benar.

Saat Kristus datang ke dunia, Ia tidak datang untuk mencari pujian atau kekuasaan, tapi untuk melayani dan menyelamatkan. Ia membasuh kaki murid-murid-Nya dan menjadi teladan sempurna bagi kita untuk merendahkan diri dan melayani sesama.

Mari mengingat bahwa apa yang kita miliki hanyalah berkat dan anugerah Tuhan. Kemampuan, kecerdasan, dan bahkan kesehatan, adalah pemberian yang harus disyukuri dan digunakan untuk kebaikan. Mari buang kesombongan dari dalam diri kita dan gantikan dengan kerendahan hati dan ketulusan.


Mahkota sejati bukanlah lambang keangkuhan, melainkan simbol pelayanan dan cinta

0 Komentar