Layak Dimuliakan
Bacaan Alkitab: Lukas 2:13-20
Ketika kita melihat atau mendengar sebuah karya yang sangat bagus, misalnya lukisan, dekorasi, lagu yang megah, desain sebuah tempat, dan lain-lain, dalam pikiran kita terbersit: “Siapakah pembuat karya ini?” Kita berdecak kagum terhadap karyanya dan memuji pembuat karya tersebut sebagai pencipta karya yang indah. Seperti itulah seharusnya yang kita lakukan terhadap Allah, Sang pengatur segala sesuatu menjadi kemuliaan bagi Nama-Nya.
Dalam teks yang kita baca, sejumlah besar bala malaikat sorga hadir di hadapan para gembala yang menyaksikannya. Setelah berita kesukaan tentang Yesus disampaikan pada para gembala, sejumlah besar malaikat itu mengumandangkan puji-pujian yang agung pada Allah: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi. . .” Mengapa ada bagian pujian pada Allah yang dicatat dalam bagian ini? Apakah tidak cukup hanya perlu berita tentang lahirnya Juru Selamat, karena itu adalah berita yang sudah dinanti-nantikan sejak lama? Setelah itu, para gembala cepat-cepat berangkat menuju ke Betlehem dan menjumpai Maria, Yusuf dan bayi yang terbaring di dalam palungan. Mereka mendapati segala yang dijelaskan oleh malaikat adalah benar adanya. Karena itu, sekembalinya para gembala ke tempat mereka masing-masing, mereka memuji dan memuliakan Allah, karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka (Luk. 2:20). Baik pujian kepada Allah yang dilantunkan oleh malaikat maupun para gembala, semua menyatakan bahwa Allah layak untuk dimuliakan karena segala karya-Nya bagi umat-Nya.
Hadirnya Sang Juru Selamat menunjukkan rencana yang sempurna dari Allah. Hanya Ia yang layak untuk dipuji dan dimuliakan dengan apa yang telah diperbuat-Nya. Adakah momen Natal menjadi momen kita memuji dan memuliakan Allah dengan sungguh karena karya-Nya yang sempurna dalam keselamatan manusia? Adakah kita sebagai pendidik membawa siswa-siswi memuji dan memuliakan Allah dalam momen Natal, bukan terpikat pada hiasan-hiasan Natal yang megah atau sinterklas yang semarak?
Tiada kemegahan dan semaraknya hiasan Natal
dapat dibandingkan dengan kemuliaan bagi Allah sang Pemrakarsa Natal
0 Komentar