Martina Hingis, menjadi juara tenis di usia muda. Pada masanya, ia menjuarai berbagai turnamen dan menjadi petenis peringkat satu dunia. Namun, pada sebuah pertandingan ia mengalami cedera serius yang memaksanya berhenti dari tenis untuk waktu yang lama. Peringkatnya terus melorot. Ia sempat terpuruk dan berencana pensiun. Namun, orang-orang tetap mendukungnya hingga usahanya membuahkan hasil. “Inilah prestasi terbaikku. Bukan saat aku menjadi nomor satu, tetapi saat aku bisa mengalahkan keterpurukanku,” katanya.
Dugaan bahwa Petrus mengalami depresi hebat setelah ia mengkhianati Yesus, Gurunya, sangatlah masuk akal. Ia merasa gagal dan bahkan memutuskan untuk meninggalkan status sebagai murid dan kembali ke pekerjaan lamanya, sebagai nelayan. Kita tidak tahu apa saja yang menggelayut di pikirannya sepanjang masa-masa itu. Namun, perjumpaannya dengan Yesus telah membangkitkan semangatnya kembali untuk melayani Tuhan. Tantangan dan penugasan baru yang ia terima dari Tuhan Yesus membuatnya bersemangat. Prestasi terbesarnya adalah dengan menghargai kesempatan kedua yang Tuhan berikan, bangkit dari keterpurukan dan melayani Dia dengan cara yang hebat.
Keterpurukan bukanlah akhir perjalanan hidup kita. Melaluinya, justru kuasa Tuhan lebih leluasa bekerja. Tuhan memberikan kesempatan kedua dan kesempatan-kesempatan lain untuk kita bangkit. Mengandalkan dorongan semangat dari-Nya, itulah pencapaian terbaik kita, bukan terus terpuruk dan mengasihani diri.
Prestasi terbesar dalam hidup adalah:
Dapat bangkit dari keterpurukan akibat kegagalan
0 Komentar