Saya sering membaca ulang esai berjudul “Working Up to Anon” (Berusaha Menjadi Anonim) karya penulis Jane Yolen, yang saya jadikan kliping dari majalah The Writer bertahun-tahun lalu. Jane berkata, “Penulis yang terbaik adalah mereka yang dari lubuk hatinya sungguh-sungguh ingin mencantumkan ‘anonim’ pada tulisan mereka. Bagi mereka, kisah yang dituliskan lebih penting daripada penulisnya.”
Sebagai orang percaya, kita menceritakan kisah tentang Yesus Kristus, Sang Juruselamat, yang menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Bersama orang percaya lainnya, kita menjalani hidup bagi-Nya dan menyebarluaskan kasih-Nya kepada sesama. “Rendahkanlah dirimu selalu di hadapan Allah dan jadikanlah Dia segala-galanya bagi Anda,”demikian kutipan dari Oswald Chambers. Roma 12:3-21 menjabarkan sikap rendah hati dan kasih yang harus meresap ke dalam hubungan kita sebagai sesama pengikut Yesus. “Janganlah merasa diri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Kebanggaan atas prestasi yang pernah kita capai pada masa lalu dapat membuat kita buta terhadap karunia-karunia yang dimiliki orang lain. Hendaknya setiap kita menilai keadaan diri dengan rendah hati; masing-masing menilai dirinya menurut kemampuan yang diberikan Allah kepadanya oleh karena ia percaya kepada Yesus.
Kesombongan dapat meracuni masa depan kita semua,
maka milikilah kerendahan hati.
0 Komentar